Seruan pembebasan dan perlawanan dari LPM Prapanca kepada seluruh mahasiswa dan rakyat Indonesia.
Ketika kondisi masyarakat sedang dalam masa pemulihan pasca babak belur dihantam pandemi, pemerintah malah menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
Kebijakan ini jelas tidak pro rakyat dan harus ditolak.
Pasalnya jika harga BBM naik, sederet biaya hidup seperti bahan makanan pokok sampai tarif transportasi dipastikan bakal ikut terkerek dan itu akan berdampak buruk bagi wong cilik yang akan semakin tercekik.
Maka sudah sewajarnya mahasiswa harus pasang badan, menentang dan menolak keras kenaikan harga BBM.
Meski dalam sejarah kebijakan pemerintah ketika menaikan harga BBM selalu bersifat final dan tidak bisa diganggu gugat, dengan dalih pemerintah telah memiliki kajian sendiri dan menganggap hal tersebut adalah pilihan yang paling tepat dilakukan saat ini.
Meski dengan aksi dalam bentuk dan protes keras seanarikis apa pun tidak akan menggoyahkan pendirian pemerintah.
Meski aksi mahasiswa tidak ubahnya seperti angin lalu di telinga mereka yang masuk kuping kanan dan keluar kuping kiri, mahasiswa tidak boleh goyah.
Mahasiswa harus terus melakukan aksi mengawal kebijakan pemerintah yang tidak adil ini, sebagai bentuk keberpihakan mahasiswa kepada rakyat Indonesia.
Gerakan mahasiswa juga punya sejarah emas mendobrak kekuasaan. Belajar dari gerakan mahasiswa tahun 65 dan 98, adalah konsistensi mengawal dan melawan ketidakadilan dan penindasan.
Konsistensi gerakan mahasiswa yang berlangsung lama. Tidak redup dan kemudian pasrah ketika aksi tidak mendapat gubris dari pemerintah.
Semangat juang Soe Hok Gie dan mahasiswa era reformasi harus terus dipertahankan.
Tidak peduli kemacetan, potensi bentrokan sampai hujatan dari segelintir orang. Mahasiswa harus percaya dan mengamini bahwa kebijakan pemerintah yang menaikan harga BBM adalah bentuk penindasan kepada rakyat dan itu harus dilawan.
Hidup mahasiswa dan rakyat Indonesia!!!
Satria S. Pamungkas. Pimpinan Umum LPM Prapanca 2022.
Post a Comment