Luka dan Bahagia |
Kocar kacir semua harapan dipenuhinya, sampai gila menggeruti.
Jiwa yang tak tentram, mereka yang selalu mencari kesempuranaan di hadapan orang lain.
Demi mengorbankan setengah dirinya, tetapi hal itu semua sirna bagai tangan yang berusaha menggenggam air.
"Tidak semua harus memahami diriku yang sempurna, biarkan dan apapun yg terjadi semuanya harus baik-baik saja," pikirnya.
Sedangkan separuh bagian dirinya, tak mampu mereka ungkapkan. Hanya kesedihan yang penuh luka, karena mereka hanya menunjukan dirinya yang palsu.
"Aku merasa sakit sebenarnya. Kenapa engkau mau berlagu seperti ini. Semuanya itu bukan dirimu, engkau dibuat seakan harus sempurna dihadapan luar. Tapi aku lelah dibuat seperti ini. Padahal Tuhanmu sudah baik membuat dirimu seperti ini. Kamu sama saja membohongi dirimu."
Aku yang sebenarnya menangis tersungkur belai-belai, memegang genggaman lampu yg berusaha menerangi kegelapan ruang ini. Tapi aku berusaha menolaknya, biarkan aku seperti ini, menikmati rasanya dibunuh oleh diri sendiri.
"Aku merasa kegelapan mendatangiku, emosiku tak terkendali hingga aku melakukan sesuatu yang dapat menenangkanku."
Menangis, menjerit, sekalipun teriak sekuat tembok menembus suara luar, semua tak akan ada artinya untuku kali ini.
Jiwa ini memberontak, meluap-luap hingga tersisa sedikit kegelapan karena terang pagi telah menunjukan diri.
"Aku telah kehilangan diriku, sadar, sadar, dan ternyata sadar. Aku telah kehilangan diriku. Tolong, tolong akuu," teriaknya keras di sisa-sisa malam itu.
Kejarlah dan kembalikan diriku yang telah berlari jauh dari genggamanku.
Aku sadar telah membuat susah diriku sendiri.
Aku sulit menjalani hidup dengan kepalsuan yang aku tunjukan.
Aku telah kehilangan sosok diriku yang sebenarnya.
Aku hanya dapat menangisi sosok diriku yang telah jauh meninggalkanku. "Aku telah dikutuk oleh fana waktu dengan sosok palsu."
Mereka yang menganggap dirinya selalu bahagia tanpa merasakan sedih.
Walaupun nyatanya setiap manusia harus menyadari bahwa dibalik kebahagian, menghantui kesedihan.
Mereka yang hanya melihat sisi palsu dari apa yang kusembunyikan akan selalu menganggap diriku penuh canda dan tawa. Mereka tidak tahu bahkan tidak mau tahu sosok rapuh yang sengaja dibungkus dengan tawa palsu. "Kelihatan gembira sekali. Kamu ko kaya orang yang tidak pernah sedih saja," kata mereka.
Situasi yang mengendalikan dirinya sendiri, apapun itu, baik buruknya setiap manusia berhak mengekspresikan.
Tanpa ada satupun yang disembunyikan, dengan hal itu akan menjadikan dirinya terbuka setelah mengungkap diri sendiri walaupun tidak secara langsung.
Mereka yang mampu berani mengungkapkan dirinya sendiri dengan apa adanya, nyatanya dialah yang menghargai dan menemukan dirinya sendiri.
Rasanya tidak salah, ini wajar jika memang dirimu tidak merasa baik-baik saja dan memilih menepi dari keramaian.
Salah satu hal untuk menyembuhkam luka adalah sadar bahwa dirimu sedang tidak baik-baik saja. Kamu harus mampu untuk memahami luka yang diderita, berdamailah bersama luka di setia keadaan. Temani luka dirimu itu sampai menuju keaadaan sembuh seperti sedia kala. Bersamai luka itu, dan kebaikan akan menghampirimu.
Tidak mengapa jika dirimu hanya berdiam diri seaakan pikiran-pikiran liar berkecamuk menghampiri isi kepalamu, itu hanya sekejap. Biarkan saja, tandanya diri sedang sadar mendengarkan dan otakmu sesaat memberi kesempatan pada dirimu untuk memikirkan apapun itu yang terbesit dalam benakmu.
Terimakasih telah singgah dalam cerita ini.
Keabadian memang tidak ada, semua akan beralih pada ketiadaan, hanya saja untuk memahami diperlukan kesadaran emosi dalam diri.
Semoga kalian menikmati kebahagian ataupun kesedihan dalam hidup.
Syifa Fadillah
Post a Comment